Tuesday, February 28, 2012

Tanda Kecanduan Ponsel Jika Sudah Menjadi "PENYAKIT"



Zaman sekarang, orang gelisah jika sehari tidak pegang ponsel itu sudah biasa. Namun bila sudah menampakkan tanda-tanda seperti ini, maka kecanduan ponsel sudah bisa dikategorikan gangguan mental seperti halnya orang takut ketinggian.

Sebutan bagi orang-orang yang mengalami gangguan mental berupa takut berpisah dengan ponsel adalah nomofobia. Saat tidak memegang ponsel, ciri-ciri orang yang mengalami gangguan tersebut adalah sebagai berikut seperti dikutip dari Health24, Selasa (28/2/2012).


  1. Serangan panik
  2. Pusing, kepala berputar-putar
  3. Sesak napas
  4. Mual
  5. Keringat dingin
  6. Denyut jantung meningkat
  7. Gemetar
  8. Nyeri dada


Perasaan gelisah pada pengidap nomofobia tidak hanya dialami saat benar-benar berpisah dari ponselnya, tetapi juga saat berada di lokasi yang tidak ada sinyal. Kehabisan baterai dan lupa bawa charger atau berada di lokasi yang mengharuskan ponsel untuk dimatikan juga bisa memicu serangan panik.

Ciri lain yang bisa diamati dari pengidap nomofobia adalah kecenderungan untuk selalu mengecek ponsel, padahal belum tentu ada panggilan atau pesan masuk. Begitu juga apabila dalam beberapa waktu ponselnya tidak berbunyi, pengidap nomofobia pasti akan menjadi panik dan gelisah.

Meski kelihatannya berlebihan, gangguan mental seperti ini sebenarnya bukan sesuatu yang langka. Sebuah penelitian dari SecurEnvoy.com membuktikan, 66 persen dari 1.000 responden yang disurvei menunjukkan gejala-gejala yang dikategorikan sebagai perilaku nomofobia.

Berdasarkan usianya, nomofobia lebih banyak menyerang kaum muda dibandingkan orang dewasa. Gangguan ini dialami oleh 77 persen responden dari kelompok umur 18-24 tahun, sedangkan pada kelompok umur 25-34 tahun angkanya hanya sekitar 64 persen.

Nomofobia juga lebih banyak dialami oleh perempuan dibanding laki-laki. Menariknya lagi, 41 persen pengidap nomofobia dihantui perasaat takut kalau sewaktu-waktu isi ponsel khususnya kotak pesannya diintip dan dibaca-baca oleh orang lain tanpa izin.

Cara Alami Gantikan Obat-obat yang Paling Sering Digunakan




Obat-obatan biasanya hanya dapat meredakan gejala, tetapi tidak memperbaiki akar penyebab masalah kesehatan. Sehingga sebaiknya beralih pada hal-hal yang dapat mengelola penyebab penyakit. Gaya hidup sehat merupakan cara yang paling utama untuk mencegah berbagai penyakit. Sehingga perubahan gaya hidup juga dapat mengelola penyebab suatu penyakit.

"Ada terapi alami yang tersedia yang jauh lebih aman, seringkali lebih efektif, dan lebih murah. Tetapi juga bukan berarti harus langsung berhenti mengonsumsi obat tanpa berkonsultasi dengan dokter," kata Jacob Teitelbaum, MD. 

Berikut daftar 5 obat yang paling sering digunakan dan alternatif yang dapat dilakukan untuk mengelola penyebab penyakit seperti dikutip dari MSNHealth, Selasa (28/2/2012) antara lain:

1. Chiropractic untuk gantikan obat pereda nyeri, seperti Hydrocodone atau acetaminophen

Berdasarkan hasil statistik, dokter menulis lebih dari 131 juta resep untuk obat-obatan pereda nyeri tahun lalu. Namun terdapat cara alami untuk menggantikan obat pereda nyeri tersebut Bahan-bahan seperti acetaminophen juga dapat merusak hati dalam jangka panjang. Daripada mengandalkan obat untuk meredakan rasa sakit, cobalah untuk mengatasi pemicu rasa sakit tersebut. 

"Obat pereda rasa sakit tidak akan pernah menjadi jawaban untuk memecahkan rasa sakit karena hanya meredakan gejala, bukan penyebab. Nyeri dapat disebabkan oleh gangguan dalam sistem saraf tubuh. Sehingga dengan memanipulasi sistem saluran utama saraf ke otak dapat membantu meredakan rasa nyeri," kata Sungwon D. Yoo, DC, MSAOM, L.Ac. 

Menurut Archives of Physical Medicine and Rehabilitation, orang dengan nyeri punggung bawah yang menerima hanya 4 sesi pengobatan chiropractic dalam 2 minggu menunjukkan peningkatan yang lebih besar dalam sakit dibandingkan dengan orang yang menerima perawatan biasa.

2. Diet makanan sehari-hari dapat menggantikan obat penurun kolesterol

Statin mencegah hati dari membuat kolesterol dengan menghambat enzim yang diperlukan. Dengan mengubah diet sehari-hari dapat membuat orang terbebas dari obat resep statin. Makanan tertentu dapat membantu mengurangi peradangan dalam tubuh dan telah terbukti menurunkan kolesterol jahat (LDL) atau meningkatkan kolesterol baik (HDL) secara alami. 

Makanan tersebut, seperti gandum, bawang putih, minyak zaitun, dan anggur merah. Bawang putih dapat melindungi jantung oleh karena asam amino yang disebut allicin, yang dilepaskan ketika bawang putih dihancurkan. Allicin melindungi jantung dengan menjaga kolesterol menempel ke dinding arteri.

3. Asupan kalium dan magnesium dapat menjadi alternatif obat tekanan darah tinggi

Obat untuk tekanan darah tinggi juga termasuk daftar teratas obat yang sering digunakan. Obat resep dapat memainkan peran penting dalam menurunkan tekanan darah, tetapi dengan bantuan dokter dan suplemen yang tepat, mungkin dapat mengurangi atau akhirnya berhenti minum obat resep tersebut. 

Meningkatkan asupan kalium, sekitar 500 mg sehari dan magnesium sekitar 200 mg sehari sangat efektif dalam menurunkan tekanan darah pada kebanyakan orang. Kalium dapat terkandung dalam pisang, jus tomat atau air kelapa.

4. Suplemen kelenjar tiroid dapat menjadi alternatif obat yang sering diresepkan untuk hipotiroidisme

Hipotiroidisme adalah paling umum pada wanita di atas usia 50 tahun. Bahkan, sebanyak 10 persen wanita di atas 50 tahun akan memiliki hipotiroidisme ringan. Lebih dari 70 juta resep diberikan untuk hipotiroidisme per tahun. 

Masalah tiroid rendah mungkin terjadi karena tiroid sedang diserang oleh sistem kekebalan, tetapi juga dapat terjadi dari kekurangan mineral seperti yodium, besi, atau selenium. Berkonsultasilah dengan dokter mengenai konsumsi suplemen mineral yang mungkin dapat membantu.

"Suplemen kelenjar tiroid memasok bahan baku yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan fungsi tiroid," kata Dr Teitelbaum. Jika berisiko untuk penyakit jantung, mengonsumsi suplemen tiroid dapat memicu jantung berdebar-debar atau bahkan serangan jantung atau angina. Maka sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.

5. Perubahan gaya hidup dapat mencegah refluks asam sehingga tidak perlu mengonsumsi obat untuk refluks asam

"Jumlah resep untuk obat refluks asam meningkat hingga 8 juta pada tahun 2010. Orang mengonsumsi obat pereda refluks asam, misalnya Prilosec, dapat memblok asam klorida pelindung (HCL) di perut, yang dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri yang berlebihan di usus kecil dan akhirnya kekurangan mineral dengan menghalangi penyerapan," kata Liz Lipski, PhD, KKN. 

Maka sebaiknya harus mencoba untuk menemukan faktor-faktor yang mendasari menyebabkan gangguan pencernaan atau refluks asam bukan hanya meredakan gejalanya dengan obat-obatan. Perubahan gaya hidup sederhana, seperti penentuan kepekaan terhadap makanan sehingga dapat menghindari makanan yang memicu refluks asam, makan secara perlahan, dan pengelolaan stres.